Tepat
pukul 5 sore waktuku pulang kerja. Aku membayangkan perjalanan pulang yang
sangat panjang, karena kemacetan lalu
lintas ibukota yang sudah begitu parah. Tapi aku teringat dirimu yang pasti
sedang menantiku kembali. Membayangkanmu saja aku sudah tidak sabar untuk
segera sampai di rumah.
Seperti
yang kuduga, kamu dengan setia menantiku.
Begitu aku membuka pintu kau langsung menyambutku dengan sapaanmu yang khas.
Aku selalu menyukai sambutanmu yang menurutku teramat manis. Di tengah segala
rutinitas kehidupanku yang begitu menjemukan, kehadiranmu menimbulkan ekstase
berbeda. Membuatku tiba-tiba merasa, kesepian ini tak lagi terlalu menyiksa.
“Apa
kabarnya kamu hari ini, manis?” tanyaku, saat membuka sepatuku.
Kamu
memperlihatkan wajah lucu yang membuatku tertawa. Selalu saja, kamu mampu membuatku
lupa dengan keletihan tubuhku setelah seharian menaklukan ibukota. Aku
merebahkan tubuh di sofa, kau mengikutiku dan merebahkan tubuhmu di pangkuan.
Sikapmu yang begitu manja, sangat menggemaskanku. Seringkali kamu
membangunkanku di pagi hari dengan ciuman yang bertubi-tubi. Kali ini kamu
menciumi jari-jariku, membuatku kegelian. “Ah,
kamu memang paling bisa menghiburku.”
Aku
mengelus-elus kepalamu dan aku tau kamu sangat menyukainya. Kita sama-sama
terdiam menikmati saat-saat itu. Lalu tiba-tiba duduk tegak memandangku, kamu
seakan ingin memberitahuku saat ini sudah waktunya kita untuk makan malam.
Andai tak ada dirimu, mungkin aku akan membiarkan diriku kelaparan. Aku tak
suka makan sendirian rasanya terlalu menyedihkan.
“Apakah
kamu sudah lapar, manisku?”
Kau
mengangguk dengan manja dan aku tertawa. Kita makan malam berdua sambil menonton
televisi. Malam makin menua dan mataku pun makin ingin terpejam. Kamu masih
saja setia menemaniku, duduk manis di sisiku. Malam ini aku menginginkanmu
menemaniku tidur di ranjang sepiku.
“Ayo
kita tidur, sayang!” ajakku, sambil berjalan menuju kamar.
Kau
memandangku dengan manja dan mengikutiku dari belakang. Kita telah sama-sama
rebah di atas kasur. Tubuhmu menempel hangat ketubuhku. Aku mengusap kepalamu
dan kaupun mulai tertidur.
“Bangunkan
aku besok pagi yah manis!” bisikku pelan
Kau
menggerak-gerakan kepalamu dan menjawab, “Meeeoong.”
Ah, Manis kau memang kucing kesayanganku yang teramat manis.
(AM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar