SELAMAT MENYELAMI HATI

Rebah,rapuh,terbang,apung, apa saja...

kuingin segala itu hadir dan tidak sia-sia,

seperti hadirnya kita tanpa sua.



SELAMAT MENYELAMI HATI

Senin, 09 Januari 2012

Takkan Membacamu Lagi


Hari ini, terasa tak biasa, saat aku membuka mata. Rasanya aku baru terbangun dari mimpi buruk yang sangat melelahkan. Sisa-sisa airmata masih membekas di ujung mata dan kepala terasa sakit sekali. Aku berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Ada rasa sakit di hatiku yang tiba-tiba muncul bersamaan dengan ingatan yang makin jelas bermain di kepala---seperti sebuah slide film---satu persatu kejadian terulang kembali.
Aku tidak mengalami mimpi buruk. Semalam adalah hal yang sangat nyata. Suaramu seperti gaung yang berulang-ulang di telingaku. Dan merobek dinding hatiku yang terdalam.
“Aku bersumpah, takkan pernah membacamu lagi!” ucapmu malam tadi.
Aku hanya terdiam, lidahku mendadak kelu. Aku tak pernah mengira sedemikian hebat kata-kata itu bisa mempengaruhi sistem pertahanan tubuhku. Badanku limbung. Airmata yang tadinya hanya tergenang tiba-tiba berubah menjadi lautan yang tersapu badai. Dan semuanya berubah menjadi gelap.
Secangkir kopi ternyata masih belum mampu menghilangkan sakit di kepalaku. Pahitnya kopi pun masih belum bisa mengalahkan kepahitan kata-katamu yang dengan terpaksa harus kutelan semalam,  membuat hatiku seakan sekarat saat ini. Inikah akhirnya? Pertanyaan yang terus ada dalam kepala dan aku berharap mendapatkan jawaban yang berbeda.
“Dunia kita berbeda, sudah dua tahun kita mencoba, dan kali ini aku sudah lelah!”
Begitu lelahkah dirimu? Begitu melelahkankah bersamaku selama ini? Pertanyaan bodoh yang kupertanyakan pada diri sendiri.  Tentu saja kau sudah lelah dan aku membuatmu lelah. Kalau tidak, mana mungkin kau memilih untuk pergi. Kepergian yang takkan pernah kuduga akan secepat ini. Dan tak ada yang bisa kulakukan untuk menghentikan langkahmu. Selain merelakan kepergianmu dengan separuh jiwaku yang ikut mati.
Cinta tidaklah akan sama lagi, sejak perpisahan ini. Aku menyadari tiap kesalahan yang kubuat, hanya sayang sudah terlalu terlambat. Waktu takkan mungkin terulang. Aku tak bisa kembali ke masa-masa masih dalam pelukannya. Dan ternyata dirinya teramat sangat istimewa. Selalu saja penyesalan datang di saat kita sudah kehilangan.
Sayang, masihkah perlu aku menulis saat kau takkan pernah lagi membacanya? Penaku terhenti di lembar hati yang terluka. Pada duka abadi yang akan terus membayangi mimpi. Ruang yang telah kita tinggalkan tempat dulu kita biasa merawat angan-angan, kurasa sekarang tempatnya tak lagi di sini, tapi dalam ingatan berupa kenangan. Dan akan kurawat sendiri dalam hati agar bisa tetap kunikmati rindu dalam kesepian.
Sayang bacalah aku sekali lagi, aku takkan lagi bermain-main dengan metafora. Akan kubuat sebuah kalimat lugas yang bisa kau mengerti tanpa harus mengerutkan kening, dan menduga-duga apa maksudnya. Bacalah aku sekali ini, lalu kau boleh pergi jika hatimu masih tak ingin kembali. Tanpa kata berbunga, tanpa metafora, aku ingin katakan; bahwa aku cinta  dan rindu dalam pelukmu.

 

(AM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar