SELAMAT MENYELAMI HATI

Rebah,rapuh,terbang,apung, apa saja...

kuingin segala itu hadir dan tidak sia-sia,

seperti hadirnya kita tanpa sua.



SELAMAT MENYELAMI HATI

Kamis, 26 Januari 2012

Sah..! #15HariNgeblogFF


“Kamu yakin mau menikah dengan laki-laki itu Sar?” tanyaku pelan.

“ Iya, Ravi selalu bisa membuatku bahagia!” jawabmu mantap, sambil tersenyum sangat cantik.

Sudah berapa lama aku menjadi sahabatmu. Rasanya baru kali ini aku melihat matamu berbinar penuh bintang. Aku tahu sekarang seperti inilah jika kau jatuh cinta. Dan pria itu mampu mendapatkan cintamu.

Saat aku pertama kali dikenalkan dengan pria pujaanmu, jantungku hampir berhenti. Bagaimana bisa kamu mencintai laki-laki yang telah menyakiti hatiku. Pria yang sama yang pernah aku cintai sepenuh hatiku, dan meninggalkanku tiba-tiba.

Saat aku patah hati kamu yang menemani dan menghiburku. Dan saat ini pria itu  telah menjadi kekasihmu. Aku tak bisa mengatakannya kepadamu. Kamu sedang begitu bahagia, aku tak ingin kamu terluka.

Tapi aku tidak mengira secepat ini, hubungan kalian menjadi lebih serius. Kalian akan menikah bulan depan. Aku bahkan tak punya waktu untuk memberitahukan kamu sebuah rahasia tentang pria pujaanmu itu.

Bagaimana kalau tiba-tiba kubilang pria itu mantan pacarku yang pernah menyakitiku, kamu pasti bisa pingsan. Atau mungkin kamu akan marah dan kamu tidak mau jadi sahabatku lagi. Aku memilih diam. Biar saja kupendam rahasia ini dalam-dalam. Aku hanya berdoa semoga pria itu telah berubah. Dan dia bisa membahagiakanmu selamanya.

Hari ini kamu sah menjadi istrinya. Kamu cantik sekali dan dia pun juga sangat tampan. Aku bahagia sekaligus sedih. Sepertinya hari ini pun secara sah aku harus mengubur rahasia tentang aku dan suami sahabatku kini.

“Selamat yah Sarah,” ucapku, sambil memeluknya saat dia menghampiriku setelah acara selesai.

“Terima kasih Rin, kapan kamu menikah?”

“Ayolah menyusulku, apa mesti kucarikan gadis yang baik untukmu?”

Aku hanya tersenyum. Ah, Sarah, kamu tidak tahu orang yang aku cintai saat ini sudah menjadi suamimu yang sah.

(AM)

 

Menikahlah denganku..! #15HariNgeblogFF


Siang itu matahari terasa lebih terik dari biasanya. Tapi aku tak perduli. Aku masih setia menantimu di tempat biasa---tempat di mana kau akan menjemputku, kemudian bercumbu. Sudah hampir dua tahun kita bersama dan aku tak pernah bisa menerjemahkan  hubungan ini dengan kata-kata. Tubuh kita yang lebih banyak berbicara tentang surga yang dipenuhi bunga-bunga.

Kau datang lebih cepat dari yang kuduga. Membawa seikat bunga lili putih, kesukaanku. Rasanya kau begitu berbeda. Pertemuan di siang hari ini juga tak biasa. Karena kita terbiasa bertemu saat matahari tak lagi membentuk bayangan. Saat kelelawar mulai membentangkan sayap, mencari makan untuk bertahan hidup---seperti juga diriku.

“Sudah lamakah menunggu?” tanyamu manis, sambil memeluk pinggangku, hingga tubuh kita semakin mendekat. Bibirmu mencium keningku dengan lembut. Aku hanya tersenyum, lalu kita berjalan menuju ruangan---tempat biasa kita memadu kasih.

Cinta dan napsu hanya dipisahkan sebuah dinding tak kasat mata, yang tidak dapat lagi kubedakan saat ini. Tubuh kita berpacu bersama denyut jantung yang semakin kencang berdetak. Semakin lama makin menyatu hingga kita lelah dalam desah. Kau memeluk tubuhku yang bermandikan peluh. Napasmu terasa hangat di telingaku.

“Sudah berapa lama kita begini, sayang?” bisikmu tiba-tiba di memecah keheningan kita yang kelelahan.

“Hmmm…mungkin dua tahun, kenapa?” jawabku dengan sebuah pertanyaan lagi.

Ada ketakutan yang tiba-tiba hadir dalam relung hatiku dan kemudian menimbulkan tanda tanya yang bertubi-tubi di alam pikiranku. Apakah kamu mulai bosan? Apakah aku sudah tidak bisa memuaskanmu lagi?

Sepertinya kamu tau apa yang ada di dalam pikiranku. Kamu memelukku lebih erat, sangat erat hingga aku agak sulit bernapas. Bibirmu menempel di telingaku. Dan kau berbisik dengan mesra.

“Aku ingin memilikimu seutuhnya”

“Menikahlah denganku, Irina?” ucapmu pelan, seakan angin surga sedang berhembus lembut menyentuh tubuhku. Saat itu rasanya aku ingin memelukmu dan tak kulepaskan lagi. Sudah ribuan kali kata-kata itu hadir dalam mimpiku, dan entah berapa ribu kali kata-kata itu bermain-main dalam anganan inginku.

Tapi tidak, aku melepaskan diri dari pelukmu. Mengenakan kembali pakaianku yang tadi berserakan di lantai karena napsu yang memburu dan tak tertahankan lagi. Aku tersenyum padamu, menciummu lembut dari pinggir ranjang. Ciuman yang mungkin akan kau kenang.

“Sorry honey, it’s just to good to be truth, but thank you,” ucapku tenang.

“Aku hanya milikmu saat kau membayarku, ini sudah dua jam dan waktu kita sudah habis!” lanjutku lagi sambil menantimu memberikan uang bayaran atas jasaku memuaskanmu di atas ranjang.

Setitik bening, tergenang di ujung mata. Aku segera menghapusnya. Aku tak boleh jatuh cinta. Tidak, aku tidak bisa jatuh cinta kepadamu.

(AM)
 

Rabu, 25 Januari 2012

Malam Pertama


Tania memandang wajahnya di depan cermin. Ia terlihat cantik malam ini. Dengan kebaya emas dan sanggul yang dipenuhi bunga melati. Rasanya ia mirip seorang putri. Tania memang cantik, tubuhnya sangat aduhai, pria manapun yang melihatnya pasti ingin meminangnya. Tapi Tania tidaklah mudah ditaklukkan.
Adalah Rudi, pria yang merasa beruntung bisa meyakinkan Tania untuk menerima lamarannya. Rudi merasa selama ini ketakutan Tania akan pernikahan karena ia pernah disakiti seseorang. Rudi menunjukan kesungguhan hatinya dengan memperlakukan Tania dengan penuh kasih sayang. Pada akhirnya Tania pun luluh dan merasa Rudi adalah pria tepat yang bisa menerima dia apa adanya.

Ini adalah malam pertama mereka. Rudi telah menantikan malam ini begitu lama. Pada akhirnya ia bisa memiliki Tania seutuhnya. Ia membayangkan malam ini akan menjadi malam yang sangat syahdu untuk mereka berdua.

Rudi menggendong Tania ke atas ranjang pengantin yang telah dihias sangat indah. Mereka rebah di kasur yang dipenuhi kelopak mawar merah merekah. Mereka saling memandang sebelum bibir-bibir akhirnya saling berpagutan. Ada desah dan peluh yang mulai membasah. Rudi melihat surga di dada Tania yang membuncah tanpa sehelai benang pun. Ia siap menabur benih di ladang cintanya. Tapi tiba-tiba Tania melepaskan pelukan. Wajahnya menjadi pucat pasi.

“Ada apa sayang?” tanya Rudi keheranan.

Tania malah menjawabnya dengan tangis. Rudi makin bingung. Ia tak mengerti kenapa di malam yang seharusnya penuh kebahagiaan Tania malah menangis seperti ketakutan.

“Apakah kau mencintaiku dengan sungguh-sungguh?” tanya Tania diantara isaknya.

“Tentu saja sayang, kenapa kau ragu?”

“Meskipun aku tak sempurna?” tanya Tania pelan.

Pertanyaan Tania membuat Rudi makin bingung. Apa yang membuat Tania jadi tidak percaya diri. Dia begitu cantik, tubuhnya mulus tanpa cela. Buat Rudi dia begitu sempurna. Rudi berpikir keras, hingga ia menarik sebuah kesimpulan.

“Apakah kau sudah tidak perawan, sayang?” tanya Rudi hati-hati.

Tangis Tania makin kencang, tubuhnya seperti terguncang. Rudi mengerti inilah rupanya yang membuat Tania takut untuk menikah. Ia begitu mencintai istrinya. Buat Rudi masalah keperawanan hanyalah hal kecil yang tak perlu dibesar-besarkan. Rudi memeluk Tania erat.
“Sayang, jangan takut, aku menerimamu apa adanya.”

“Benarkah sayang?” tanya Tania penasaran.

“Tentu saja, kekuranganmu tidak akan menghilangkan cintaku.”

“Meskipun aku seorang waria, sayang?”

Pelukannya terlepas, Rudi terdiam dengan wajah yang entah.


(AM)
 

Minggu, 22 Januari 2012

Tentangmu Yang Selalu Manis #15HariNgeblogFF


Tepat pukul 5 sore waktuku pulang kerja. Aku membayangkan perjalanan pulang yang sangat panjang,  karena kemacetan lalu lintas ibukota yang sudah begitu parah. Tapi aku teringat dirimu yang pasti sedang menantiku kembali. Membayangkanmu saja aku sudah tidak sabar untuk segera sampai di rumah.

Seperti yang kuduga,  kamu dengan setia menantiku. Begitu aku membuka pintu kau langsung menyambutku dengan sapaanmu yang khas. Aku selalu menyukai sambutanmu yang menurutku teramat manis. Di tengah segala rutinitas kehidupanku yang begitu menjemukan, kehadiranmu menimbulkan ekstase berbeda. Membuatku tiba-tiba merasa, kesepian ini tak lagi terlalu menyiksa.

“Apa kabarnya kamu hari ini, manis?” tanyaku, saat membuka sepatuku.

Kamu memperlihatkan wajah lucu yang membuatku tertawa. Selalu saja, kamu mampu membuatku lupa dengan keletihan tubuhku setelah seharian menaklukan ibukota. Aku merebahkan tubuh di sofa, kau mengikutiku dan merebahkan tubuhmu di pangkuan. Sikapmu yang begitu manja, sangat menggemaskanku. Seringkali kamu membangunkanku di pagi hari dengan ciuman yang bertubi-tubi. Kali ini kamu menciumi jari-jariku, membuatku kegelian. “Ah, kamu memang paling bisa menghiburku.”

Aku mengelus-elus kepalamu dan aku tau kamu sangat menyukainya. Kita sama-sama terdiam menikmati saat-saat itu. Lalu tiba-tiba duduk tegak memandangku, kamu seakan ingin memberitahuku saat ini sudah waktunya kita untuk makan malam. Andai tak ada dirimu, mungkin aku akan membiarkan diriku kelaparan. Aku tak suka makan sendirian rasanya terlalu menyedihkan.

“Apakah kamu sudah lapar, manisku?”

Kau mengangguk dengan manja dan aku tertawa. Kita makan malam berdua sambil menonton televisi. Malam makin menua dan mataku pun makin ingin terpejam. Kamu masih saja setia menemaniku, duduk manis di sisiku. Malam ini aku menginginkanmu menemaniku tidur di ranjang sepiku.

“Ayo kita tidur, sayang!” ajakku, sambil berjalan menuju kamar.

Kau memandangku dengan manja dan mengikutiku dari belakang. Kita telah sama-sama rebah di atas kasur. Tubuhmu menempel hangat ketubuhku. Aku mengusap kepalamu dan kaupun mulai tertidur.

“Bangunkan aku besok pagi yah manis!” bisikku pelan

Kau menggerak-gerakan kepalamu dan menjawab, “Meeeoong.” Ah, Manis kau memang kucing kesayanganku yang teramat manis.


(AM)
 

Kepada Calon Suamiku (Kelak)

Dear calon suamiku,
    
    Apakabar kau, yang kelak menjadi suamiku? Tidak tahukah bahwa aku sangat merindukanmu? Sejak teman-temanku melepas masa lajang dan mulai beranak-pinak. Aku makin sering memikirkanmu. Kapankah kau datang untuk melamar? Di manakah dirimu berada saat ini? Tidakkah kau mencariku untuk mengambil kembali tulang rusukmu yang kusimpan selama ini?
    
    Aku memimpikan pertemuan kita nanti, di depan penghulu. Kau menyebut namaku dalam ikrar ijab, sehingga aku sah menjadi milikmu di depan Allah. Saat itu, pasti akan penuh keharuan. Ada airmata yang akan kuteteskan, airmata bahagia yang telah lama terpendam. Hari itu, kau dan aku akan duduk berdampingan dengan penuh senyuman. kita akan di saksikan para malaikat yang ikut mendoakan. 
     
    Aku tak pernah memimpikan pernikahan yang mewah, seperti di film-film atau di infotaiment. Aku ingin pernikahan sederhana seperti pernikahan Nabi Muhammad dengan Siti Aisyah. Yang terpenting bagiku menemukan imamku, yaitu kamu, dan kita berjalan bersama mencari surga. Tidakkah kau memimpikan hal yang sama?

Dear calon imamku,
     
    Sebelumnya, mari kuperkenalkan diriku agar kau bisa memahami aku. Dan nanti tuliskan surat padaku, untuk kau perkenalkan dirimu agar kita bisa saling memahami. Aku hanya gadis biasa yang banyak mimpi, meski mimpiku sangat sederhana. Aku bermimpi mempunyai rumah kecil di kaki gunung tempat aku dan keluarga kecilku menciptakan surga. Aku ingin menjadi petani strawberry dan beternak sapi. Aku tetap bisa menulis di hamparan sawah yang menjadi pemandangan saat aku membuka pintu rumah kita kelak. Anak-anak kita bisa bermain di sungai dan mencari ikan di empang. Kita jadi orang desa yang bebas dari polusi dan kemacetan ibukota.
    
    Aku sangat suka membaca dan menulis. Dan saat aku membaca atau menulis aku bisa jadi egois, kuharap kau bisa mengerti. Bukan aku tak perduli, aku hanya butuh sedikit waktu untuk berekspresi. Meski aku suka puisi, aku bukanlah orang yang romantis. Jadi jangan minta aku, untuk mengucapkan kata sayang padamu setiap waktu. Aku orangnya suka belajar, aku akan belajar menjadi istri yanga kau mau. Hanya, sedikitlah bersabar padaku.
     
    Apakah kau suka minuman yang manis? Sayangnya aku tidak. Tapi aku bisa membuatkan kau kopi dengan sedikit lebih manis. Dan dengan senang hati aku akan memasakan makanan yang kau suka, karena aku sangat suka masak. Aku terbiasa memasak dan membuat kue. Kita bisa memetik sayuran di depan rumah kita dan kemudian memasaknya bersama, bukankah itu lebih terasa romantis daripada sekedar ucapan kata "Aku cinta padamu," yang diucapkan berkali-kali tapi tanpa makna.

Dear calon pendampingku,
     
    Seperti apa dirimu nanti, kuharap kita bisa saling menerima dengan penuh keikhlasan. Aku tak berharap kau seganteng pemain sinetron atau sekaya pangeran dari negeri seberang. Aku hanya ingin kau  mempunyai hati yang baik dengan kemauan yang kuat. Kau begitu mencintai Allah sehingga kau juga akan mencintaiku karena Allah. Dengan cinta yang begitu indah aku tidak mengharapkan apapun selain ridho dariNya. Aku tidak mengharapkan kau sempurna, karena aku juga tidak sempurna. Sehingga kita bisa saling menyempurnakan. 
     
    Aku berdoa sayang, aku terus berdoa, saat itu akan segera tiba. Saat kau datang dan memintaku untuk menjadi teman hidupmu, pendampingmu dan ibu dari anak-anakmu. Aku berdoa dengan penuh keyakinan dan kesabaranku, bahwa kau akan datang di saat yang tepat, saat yang paling terindah. Karena semua itu akan indah pada waktunya. 

Untuk calon suamiku (kelak), semoga kita dipertemukan olehNya, seperti Adam dan Hawa di Jabal Rahmah...Amin.
                                     

                                   Dari Aku, 
                            

                            Calon Istrimu (kelak)
(AM)