untukmu, waktu
aku menuliskanmu ratusan tahun yang lalu
dalam kamar sunyi dan jari gemetar
tapi sepanjang jalan katakataku tercecer
hurufhuruf menghamburdari kertas buram
hingga yang sampai di tepi malam
hanya serpihanserpihan diam
darah dan airmata jadi bahasa yang siasia
engkau selalu setia pada takdir
dan aku berselingkuh dengan kecemasan
lalu membunuhmu diamdiam
tapi kau tak pernah mati
hanya aku yang makin terkapar sendiri
katamu;
kita telah menjalani hidup sebelum ia dimulai buatku;
usia hanya sebaris garis yang dilepaskan sebuah pena
aku ingin mencumbumu, sungguh
namun
kau selalu lebih dulu