SELAMAT MENYELAMI HATI

Rebah,rapuh,terbang,apung, apa saja...

kuingin segala itu hadir dan tidak sia-sia,

seperti hadirnya kita tanpa sua.



SELAMAT MENYELAMI HATI

Rabu, 25 Januari 2012

Malam Pertama


Tania memandang wajahnya di depan cermin. Ia terlihat cantik malam ini. Dengan kebaya emas dan sanggul yang dipenuhi bunga melati. Rasanya ia mirip seorang putri. Tania memang cantik, tubuhnya sangat aduhai, pria manapun yang melihatnya pasti ingin meminangnya. Tapi Tania tidaklah mudah ditaklukkan.
Adalah Rudi, pria yang merasa beruntung bisa meyakinkan Tania untuk menerima lamarannya. Rudi merasa selama ini ketakutan Tania akan pernikahan karena ia pernah disakiti seseorang. Rudi menunjukan kesungguhan hatinya dengan memperlakukan Tania dengan penuh kasih sayang. Pada akhirnya Tania pun luluh dan merasa Rudi adalah pria tepat yang bisa menerima dia apa adanya.

Ini adalah malam pertama mereka. Rudi telah menantikan malam ini begitu lama. Pada akhirnya ia bisa memiliki Tania seutuhnya. Ia membayangkan malam ini akan menjadi malam yang sangat syahdu untuk mereka berdua.

Rudi menggendong Tania ke atas ranjang pengantin yang telah dihias sangat indah. Mereka rebah di kasur yang dipenuhi kelopak mawar merah merekah. Mereka saling memandang sebelum bibir-bibir akhirnya saling berpagutan. Ada desah dan peluh yang mulai membasah. Rudi melihat surga di dada Tania yang membuncah tanpa sehelai benang pun. Ia siap menabur benih di ladang cintanya. Tapi tiba-tiba Tania melepaskan pelukan. Wajahnya menjadi pucat pasi.

“Ada apa sayang?” tanya Rudi keheranan.

Tania malah menjawabnya dengan tangis. Rudi makin bingung. Ia tak mengerti kenapa di malam yang seharusnya penuh kebahagiaan Tania malah menangis seperti ketakutan.

“Apakah kau mencintaiku dengan sungguh-sungguh?” tanya Tania diantara isaknya.

“Tentu saja sayang, kenapa kau ragu?”

“Meskipun aku tak sempurna?” tanya Tania pelan.

Pertanyaan Tania membuat Rudi makin bingung. Apa yang membuat Tania jadi tidak percaya diri. Dia begitu cantik, tubuhnya mulus tanpa cela. Buat Rudi dia begitu sempurna. Rudi berpikir keras, hingga ia menarik sebuah kesimpulan.

“Apakah kau sudah tidak perawan, sayang?” tanya Rudi hati-hati.

Tangis Tania makin kencang, tubuhnya seperti terguncang. Rudi mengerti inilah rupanya yang membuat Tania takut untuk menikah. Ia begitu mencintai istrinya. Buat Rudi masalah keperawanan hanyalah hal kecil yang tak perlu dibesar-besarkan. Rudi memeluk Tania erat.
“Sayang, jangan takut, aku menerimamu apa adanya.”

“Benarkah sayang?” tanya Tania penasaran.

“Tentu saja, kekuranganmu tidak akan menghilangkan cintaku.”

“Meskipun aku seorang waria, sayang?”

Pelukannya terlepas, Rudi terdiam dengan wajah yang entah.


(AM)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar