SELAMAT MENYELAMI HATI

Rebah,rapuh,terbang,apung, apa saja...

kuingin segala itu hadir dan tidak sia-sia,

seperti hadirnya kita tanpa sua.



SELAMAT MENYELAMI HATI

Sabtu, 01 September 2012

Kenangan



 
Engkau masih terdiam, menyusuri jalan-jalan di depan dengan matamu. Anak-anak rambutmu menari bersama angin yang menyeruak masuk dari kaca mobil yang sengaja kau buka. Tepat 1460 hari, 5 jam, 48 menit, 45,1814 detik kita telah merangkai sebuah kenangan dalam ingatan. Dan kita merayakannya dalam diam, dengan seribu tanya yang terus berkecamuk dalam hatiku, “Masihkah kau ingat tentang cinta?Tentang kita? Tentang Aku?”

Musim berganti terlalu cepat, secepat kenangan yang berguguran dalam ingatan. Empat tahun yang lalu kita dipertemukan takdir. Seribu alasan membuatku terikat padamu, setiap gerak tubuhmu adalah cinta bahkan diammu pun membuatku rindu. Seperti saat ini, diammu membuatku menunggu dalam kecemasan, “Masih adakah yang tertinggal dalam kenangan?”

Hujan membawa kenangan luruh ke pangkuan. Setahun yang lalu di tempat yang sama, kita terdiam menyambut luka. Kau terus menatap wajahku dengan embun di matamu. Senyummu menghilang ditelan awan kelabu yang menggelayut manja di pundakmu.

“Apa yang kau lihat sayang?” tanyaku memecah kebekuan.

“Wajahmu, aku ingin melukisnya dalam ingatan. Aku tak ingin melupakanmu,” jawabmu dengan suara tertahan.

“Aku akan menjadi ingatan yang mengingatkanmu saat kau terlupa, sayang.”

Tanganku menggenggam erat jemarimu yang dingin. Badanmu bergetar saat airmata luruh bagai musim penghujan yang datang tiba-tiba. Isakmu tenggelam dalam pelukan. Kita merayakan musim cinta dengan airmata.

Kau masih cantik meski terlihat dingin dalam kediaman yang beku. Matamu masih lurus ke depan hanya sesekali melirik ke arahku dengan tatapan penuh tanya. Tak ada lagi pelukan hangat, kecupan-kecupan mesra dan ciuman-ciuman liar yang membuat tubuh kita diselimuti peluh. Tak ada lagi suara manjamu memanggil namaku saat pendakian cinta kita telah mencapai puncaknya. Saat ini, tubuh kita hanya sedepa namun terpisah jarak ribuan tahun cahaya dalam ingatan.  

Mataku mulai basah. Genangan-genangan rindu di pelupuk tak lagi mampu kutahan. Semua mengalir deras, membasahi pipi yang dulu selalu kau kecup dengan penuh kehangatan.

“Mengapa ada hujan di matamu?”

“Karena aku rindu. Merindukan senyummu yang berpelangi.”

 Dan kau pun tersenyum. Tubuhku tersentak, seakan terbangun dari mimpi buruk yang panjang. Baru saja tadi aku melihatmu tersenyum penuh cinta. Cinta yang serupa pertama jumpa. Lalu waktu, seakan berhenti bergerak dalam sesaat. “Ingatlah aku sayang, ingatlah aku, sekali lagi saja.”

Hanya sekejap, bunga-bunga tidurku mendadak lenyap. Kau menatapku dengan penuh kebingungan. Seakan seribu pertanyaan menyerbu benakmu. Raut wajahmu menyiratkan kecemasan, hingga akhirnya kau bertanya,

“Maaf, siapa tadi namamu?”

Kosong, hanya desah yang lirih dan nyaris tenggelam dalam kesunyian yang bisa kujawab. Baru satu tahun yang lalu kita menangisi vonis dokter. Rupanya, Alzheimer sialan itu telah menyapu bersih tiap sudut-sudut ruang ingatanmu hingga tak lagi tersisa satupun kenangan. Meninggalkan diriku tanpa sebuah kata ataupun ciuman perpisahan.

Gerimis tak pernah habis membasuh jalan-jalan luka yang kita tinggalkan. Lampu-lampu jalan terlewati satu persatu hingga cahayanya redup ditelan jarak. Kenangan yang terserak di jalan ini takkan lagi mampu mengembalikan kita, meski dalam angan. Dan aku, hanya akan menjadi ingatan yang terlupakan.

 (AM)


#30HariLagukuBercerita 
Terinspirasi dari lagu Adele-Don't You Remember



Tidak ada komentar:

Posting Komentar