Kau
tertunduk dalam kebisuan saat kita duduk berhadapan. Hampir dua puluh enam
bulan kita berpisah kau masih saja terlihat tampan untukku. Tak ada yang
berubah selain wajahmu kini di tumbuhi bulu-bulu halus yang justru makin membuatmu
kelihatan manis.
Dua
tahun kebersamaan kita harus berakhir saat kau memilih menerima pernikahan yang
diatur orang tuamu. Saat itu aku hanya bisa menerima tanpa berkata-kata
apa-apa. Hatiku hancur, butuh waktu setahun untuk aku melupakan segala tentang
kita.
Tiba-tiba
kau hadir kembali. Di kita biasa menghabiskan masa-masa bahagia kita akhirnya
kita bertemu kembali.
“Apa
kabar Aldi?” tanyaku membuka percakapan.
“Aku
rindu padamu,” jawabmu gugup.
Aku
hanya bisa membalasmu dengan senyum. Terlalu banyak cerita yang telah kita
lewati. Tapi semua itu telah kukubur dalam masa lalu.
“Apakah
kau tak rindu aku, sudahkah kau melupakanku?” tanyamu penuh rasa penasaran.
“Aku
pernah merindukanmu tapi sekarang tidak lagi,” jawabku singkat.
“Tapi
aku tak pernah berhenti melupakanmu, sayang.”
“Aku
tak ingin mengingatmu lagi.”
“Kenapa?
Apa kau masih membenciku karena meninggalkanmu,” tanyamu putus asa.
“Bukan
Aldi, karena saat ini aku sudah mempunyai istri. Kau hanya bagian masa lalu
yang harus kulupakan. Aku tak mau keluargaku tahu bahwa aku pernah mencintai
seorang pria.” Jawabku terus terang. Lalu segera meninggalkannya. Meninggalkan masa
laluku yang hitam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar