Lelakiku,
kediamanmu membuat huruf-huruf berhamburan
rahim puisi tak lagi melahirkan sajak kecuali keheningan
kata-kata yang biasa kusetubuhi hanyalah angan-angan
dalam khayal yang kadang tanpa makna
tanpa cerita, namun menjadi pedang luka
penuh praduga
Lelakiku,
masihkah kau, setia menikmati sepi?
tahukah kau, diam-diam belati mimpi menghunus dirinya sendiri?
dan seribu puisipun telah bunuh diri
tapi mengapa hanya kita yang mati berkali-kali?
Lelakiku,
tidakkah kau merasa sunyi ini begitu dingin?
seperti aku yang gigil dalam kesunyian
jangan terlalu lama menjauh sayang,
karena jarak akan menghitung mundur waktu
aku takut nanti hatimu jadi beku
AM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar